Minggu, 22 Maret 2015

Manfaat Makanan yang Halal

Makanan Halal Menyebabkan Badan Sehat, Berkah dan Diterimanya Ibadah. Sebagian ulama mengatakan memasukkan tanah ke mulut, adalah lebih baik daripada memasukkan makanan yang haram.



DISEBUTKAN dalam hadis riwayat Imam Muslim dari Abu Hurairah RA dia berkata, Rasulullah Shallallahu “alaihi Wassallam bersabda:

“Sesungguhnya Allah itu baik, tidak menerima kecuali yang baik. Dan sesungguhnya Allah memerintahkan orang beriman sebagaimana dia memerintahkan para Rasul-Nya dengan firmannya : Wahai Para Rasul makanlah yang baik-baik dan beramal shalehlah. Dan Dia berfirman : Wahai orang-orang yang beriman makanlah yang baik-baik dari apa yang Kami rizkikan kepada kalian.”

Selepas menyampaikan dua firman Allah di atas, Rasul menceritakan perihal seseorang yang melakukan perjalanan jauh dalam keadaan kumal dan berdebu. Dia memanjatkan kedua tangannya ke langit seraya berkata: “Ya Robbku, Ya Robbku, padahal makanannya haram, minumannya haram, pakaiannya haram dan kebutuhannya dipenuhi dari sesuatu yang haram. Maka (jika begitu keadaannya) bagaimana doanya akan dikabulkan.”

Lewat sabda Rasul ini kita mendapatkan ilmu tentang sikap tegas Allah yang menyamakan perintah untuk para utusan-Nya dengan perintah untuk hamba-hamba-Nya selain Rasul. Kalau para Rasul diperintahkan untuk makan makanan yang halal, demikian pula bagi orang-orang beriman. Mereka harus mengonsumsi makanan yang halal.

Sebagian ulama mengatakan bahwa orang yang paling ahli ibadah bukan dilihat dari banyaknya ibadah yang ia kerjakan, tapi dilihat dari paling jauhnya ia dari makanan yang haram.

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassallam pernah menyampaikan nasehat berharga pada Abu Hurairah, “Wahai Abu Hurairah, jadilah orang yang wara, maka engkau akan menjadi sebaik-baiknya ahli ibadah. Jadilah orang yang qonaah (selalu merasa cukup dengan pemberian Allah), maka engkau akan menjadi orang yang benar-benar bersyukur. Sukailah sesuatu pada manusia sebagaimana engkau suka jika ia ada pada dirimu sendiri, maka engkau akan menjadi seorang mukmin yang baik. Berbuat baiklah pada tetanggamu, maka engkau akan menjadi muslim sejati. Kurangilah banyak tertawa karena banyak tertawa dapat mematikan hati.” (HR. Ibnu Majah)

Bila kita perhatikan keadaan kaum Salafus Shalih, mereka memiliki bobot ucapan yang berkualitas sehingga menyusup ke dalam sanubari, memendarkan cahaya dan hikmah.  Tidak sedikit orang-orang yang ahli maksiat bertaubat kepada Allah berkah ucapan mereka. Di masa ini, tidak sedikit orang yang lihai dan fasih berbicara, namun isi bicara mereka adalah sumpah serapah, fitnah dan dusta. Salah satu penyebab semua itu karena terlalu mudah memasukkan makanan ke dalam perut atau menerima hadiah dan uang yang tidak jelas sumbernya. Rasul bersabda: “Setiap daging yang tumbuh dari sesuatu yang haram, maka neraka menjadi tempat yang paling untuknya.”

Sebagian ulama mengatakan memasukkan tanah ke mulut, adalah lebih baik daripada memasukkan makanan yang haram. Sayangnya, masih ada sebagian orang berdalih, Kalau tidak makan dari cara begini (haram), makan dari mana? Ucapan seperti ini tentu tidak laik dilontarkan oleh orang yang yakin kepada Allah Subhanahu Wata’ala. Bukankah setiap mahkuk hidup sudah dijatah rezekinya oleh Allah. Orang yang tidak makan dan minum selama dua hari ia masih bisa hidup.

Bahaya Makanan yang Tidak Halal

Dalam sebuah hadis disebutkan yang artinya, jika seseorang bekerja dengan pekerjaan yang tidak halal, maka harta yang diperoleh dari hasil kerja tersebut tidak akan mengandung keberkahan, bahkan bisa menjadi bekal ahli warisnya ke neraka. Seseorang dengan kekayaan melimpah namun didapat dengan cara-cara tidak halal seperti korupsi, akan menjadikan anak keturunannya tidak shalih. Bisa jadi anaknya menjadi durhaka bahkan keluar dari Islam alias murtad. Ini disebabkan makanan yang dikonsumsinya berasal dari perbuatan haram.

Abdulah bin Umar RA pernah berkata: Seandainya kalian shalat hingga kalian menjadi seperti sesuatu yang berkeluk bak busur, dan puasa hingga kurus seperti senar gitar, semua itu tidak akan diterima oleh Allah kecuali dengan sikap wara` yang kuat.

Disebutkan dalam Kitab Taurat: “Siapa yang tidak peduli (masa bodoh) tentang sumber makanannya, Allah juga tidak peduli dari pinta mana Dia memasukkannya ke api neraka.”

Pada suatu hari, Sa`ad bin Abi Waqqash meminta kepada Nabi Muhammad agar berdoa untuknya supaya dijadikan orang yang doanya segera dikabulkan oleh Allah Subhanahu Wata’ala. Nabi berkata, “Perbaikilah makanan yang engkau makan (makanlah makanan yang halal) niscaya engkau akan menjadi orang yang doanya mudah terkabul.”

Disebutkan bahwa dahulu kala ada seseorang yang dalam keadaan sakaratul maut (sekarat). Di sisinya terdapat orang shalih. Setelah benar-benar meninggal, si orang shalih berkata kepada orang-orang di sekelilingnya untuk memadamkan lampu minyak yang ada. Mengapa? Karena lampu minyaknya sudah jadi ahli waris usai ia wafat.

Makan makanan halal akan menyebabkan badan sehat, amal ibadah diterima oleh Allah, dan pelakunya akan digolongkan ke dalam golongan orang shalih dan berakhlak mulia. Makanan yang halalan tayyiban atau halal lagi baik serta bergizi, tentu sangat berguna bagi kebutuhan jasmani dan rohani kita. Hasil makan makanan yang halal akan membawa keberkahan, menjadikan keluarga hidup bahagia meskipun tidak banyak. Makanan dan minuman yang haram, selain dilarang oleh Allah Subhanahu Wata’ala dan Rasul-Nya, juga mengandung keburukan. Sebab hasil yang haram meskipun banyak tidak akan membawa berkah dan kebaikan.


sumber. hidayatullah com